Interaksi yang terjalin
Oh, iya, saya punya pengalaman pas jajan lumpia di Jalan Solo. Lumpia rebung yang enak membuat saya tidak sabar untuk mencicip. Nah, sambil menunggu lumpia goreng pesanan matang, tanpa buang waktu, saya langsung order sama penjualnya 1 lumpia basah. Haapp, langsung, deh, lumpianya dimakan di tempat.
Masing-masing merangkum kisah lewat street food: aku, kamu, kita.
Referensi:
Dikutip dari :
http://aksaratri.blogspot.com/
Siapa, sih, yang nggak suka jajan di pinggir jalan? Menikmati makanan murah meriah sambil duduk-duduk santai, ngobrol ngalor-ngidul dengan penampilan yang jauh dari kata jaim alias jaga image: celana pendek, T-shirt, plus sandal jepit. Ya, street food tidak pernah menuntut penampilan necis tiap individu tatkala berinteraksi dengannya. Mau tampil rapi, ayo. Mau acak-acakan, mangga. Yang penting, chemistry terbangun lewat suapan makanan.
Budaya
makanan pinggir jalan tersebar di berbagai negara di dunia.
Masing-masing negara mengusung makanan yang berciri khas setempat.
Tengoklah jajanan kaki lima di Korea Selatan, Jepang, China, Turki,
Maroko, Prancis, Thailand, maupun Singapura. Mereka membangun kerajaan
kuliner yang menjanjikan kenyam-nyaman bagi siapa pun.
Aneka Pilihan Street Food Sumber: http://www.femina.co.id/support/image.others/01/1252/imageBlog |
Nggak usah jauh-jauh ke negeri seberang, kita dapat menemukan street food
di Yogyakarta. “Kota Gudeg” ini mengoleksi makanan pinggir jalan yang
bervariasi. Mulai makanan klasik, peranakan hingga kreasi baru yang
dibuat guna meramaikan jagad kuliner jalanan. Merangsek memengaruhi
lidah masa kini dan bersanding dengan jajanan lawas yang telah memiliki
penikmat setia.
Adalah wedang ronde, burjo (bubur kacang ijo), jaipong, sate kere, putu, klepon, cenil, lupis, onde-onde, molen, tiwul, gathot, pukis, martabak, terang bulan (nama lain martabak manis), leker, lumpia, siomay, lotis, rujak, gorengan, aneka godhogan (kacang godhog, pisang godhog, kedelai godhog),
gudhangan merupakan sederet contoh kuliner jalanan yang banyak
dijajakan di Yogyakarta. Ditambah kehadiran angkringan yang menawarkan sega kucing dan keluarga besarnya yang ngangeni. Menjadi klangenan bagi yang telah lama meninggalkan kampung halaman. Mencecap nikmat dalam kebersahajaan.
Penganan Putu, Salah Satu Jenis Street Food Sumber: http://bhellabhello.files.wordpress.com/2012/01/291220111177.jpg |
Street food
di Yogyakarta dapat dijumpai di mana saja. Ada yang menyendiri, ada
pula yang mengelompok dalam satu kawasan. Malioboro dan Jalan Urip
Sumoharjo yang lebih dikenal dengan Jalan Solo merupakan kantung street food
di Yogyakarta. Di kedua kawasan tersebut, bisa ditemukan aneka jajanan
kaki lima. Makanan “berat” juga banyak. Tinggal pilih sesuai selera.
Geliat kuliner jalanan mulai terasa pada sore hari menjelang malam. Para
pedagang yang umumnya bermodalkan gerobak dorong, peralatan memasak,
dan lampu penerangan seadanya mulai menggelar dagangan. Makanan
dimatangkan di tempat atau tinggal diracik saat pembeli datang.
Yap! street food enaknya dimakan langsung di tempat. Bahasa Jawanya ngiras yakni makan di tempat. On the spot. Bisa lesehan atau duduk di tempat yang telah disediakan. Di pinggir jalan. Di situlah letak seni kuliner pinggir jalan. Kalau saya sih, begitu menemukan jajanan pinggir jalan yang menggugah selera, langsung yang namanya jaim saya buang jauh-jauh. Dan saya pun menikmati jajanan nyam-nyam itu sambil duduk di pinggir jalan, nyampur sama orang yang lalu-lalang.
Yap! street food enaknya dimakan langsung di tempat. Bahasa Jawanya ngiras yakni makan di tempat. On the spot. Bisa lesehan atau duduk di tempat yang telah disediakan. Di pinggir jalan. Di situlah letak seni kuliner pinggir jalan. Kalau saya sih, begitu menemukan jajanan pinggir jalan yang menggugah selera, langsung yang namanya jaim saya buang jauh-jauh. Dan saya pun menikmati jajanan nyam-nyam itu sambil duduk di pinggir jalan, nyampur sama orang yang lalu-lalang.
Oh, iya, saya punya pengalaman pas jajan lumpia di Jalan Solo. Lumpia rebung yang enak membuat saya tidak sabar untuk mencicip. Nah, sambil menunggu lumpia goreng pesanan matang, tanpa buang waktu, saya langsung order sama penjualnya 1 lumpia basah. Haapp, langsung, deh, lumpianya dimakan di tempat.
Street Food vs Kebersihan
Dewasa ini street food telah menjadi bagian penting kehidupan perkotaan. Bergesernya tradisi makan di rumah menjadikan street food
mengalami perkembangan. Lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga
turut terdongkrak dari bisnis informal pemenuhan kebutuhan pangan
tersebut. Namun, yang menjadi pokok perhatian adalah soal keamanan
pangan yang tentu saja tidak boleh diabaikan. Kebersihan dan kesehatan
makanan wajib dikedepankan oleh para penjaja makanan jalanan siap saji (ready-to-eat)
ini. Bagaimana perasaan kalian jika makanan yang digemari, enak, plus
murah ternyata tidak cukup aman dan sehat untuk dikonsumsi?
Sayang rasanya jika harus mencoret street food
kesukaan dari daftar makanan wajib beli, gara-gara isu kebersihan dan
kesehatan pangan. Saya pribadi tidak ingin kesehatan menjadi taruhan
karena 2 faktor yang diabaikan. Apa yang bisa dilakukan? Jawabannya:
jadilah konsumen bijak yang aware terhadap makanan yang akan dikonsumsi. Caranya?
- Konsumsi makanan sehat yang mengandung gizi seimbang. Pilih yang berbahan sayur atau buah,
- Pilih makanan yang bersih penyajiannya,
- Perhatikan makanan yang dijajakan; apakah minyaknya telah berkali-kali digunakan sampai warnanya menghitam, warna makanan mencolok dan seragam, es-nya dibuat dari air mentah. Jika kurang menyakinkan, lebih baik urungkan niat untuk membeli,
- Pilih tempat makan yang bersih. Si Penjual tidak nongkrong di dekat tempat sampah, dekat selokan yang terbuka, atau di tempat yang jorok,
- Pilih makanan yang tertutup, misalnya: tertutup plastik, diletakkan di dalam rak kaca, atau ditutupi tudung saji. Jika terpaksa membeli makanan yang terbuka, pilih yang berada di level ke-2 dan seterusnya, bukan yang berada paling atas (untuk makanan yang disajikan bertumpuk). Hal ini untuk meminimalisasi kuman yang menempel pada makanan.
- Minta japitan untuk mengambil makanan. Kalau penjual tidak menyediakan japitan, minta kantung plastik bening. Bungkus tangan anda dan ambil makanan.
- Jadilah pembeli yang berani. Berani menegur penjual jika ia mengindahkan kebersihan.
Saya pernah menegur tukang bakso langganan supaya dia mencuci tangan dan mengelap kemudian sebelum melayani pesanan saya. Why? Dia habis pegang duit! As simple as that! Tapi, menegurnya baik-baik, ya... - Bawa alat makan sendiri.
Saya dan keluarga membiasakan diri membawa alat makan pribadi jika ingin membeli bakso langganan daripada memakai alat makan yang disediakan oleh penjual. Kita nggak pernah tahu siapa saja yang memakai alat makan tersebut dan apakah mereka sehat, kan? Nah, daripada berhadapan dengan risiko, lebih baik dicegah saja.
Street food: Kisah ini milik kita
Setelah dag-dig-dug dengan urusan keamanan pangan. Mari bernostalgia dengan street food untuk mengurangi tegang hehehe. Tiap kali jalan-jalan, entah itu ke Malioboro, Jalan Solo, Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan atau ke luar kota seperti Jakarta atau Bandung, street food menjadi tujuan. Jajanan pinggir jalan yang simple dan murah meriah ini begitu menggoda.
Setelah dag-dig-dug dengan urusan keamanan pangan. Mari bernostalgia dengan street food untuk mengurangi tegang hehehe. Tiap kali jalan-jalan, entah itu ke Malioboro, Jalan Solo, Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan atau ke luar kota seperti Jakarta atau Bandung, street food menjadi tujuan. Jajanan pinggir jalan yang simple dan murah meriah ini begitu menggoda.
Street food
tidak hanya sekedar menjawab lapar semata. Di dalamnya tersemat kisah
yang membuat orang ingin kembali. Kembali bersua. Kembali merasakan.
Apakah di antara teman-teman ada yang kepingin banget menikmati jajanan
yang hanya dijual di kampung halaman? Kalau pun dijual di tempat tinggal
anda sekarang, rasanya sudah jauh dari cita rasa aslinya? Nah, ini dia.
Street food
sebagai ajang nostalgia. Libur hari raya biasanya dijadikan sarana
penumpah rindu bagi lidah lokal yang bermigrasi. Membeli jajanan yang
bikin terkenang-kenang sampai ngeces hihihi.
Bisa
jadi, dalam sebentuk jajanan berharga minimal tersimpan kenangan yang
takternilai harganya. Bagi anda, yang telah meninggalkan kampung
halaman, acapkali menuai kangen dengan makanan yang menjadi santapan
tiap hari. Yang pernah dibeli zaman sekolah dulu bareng teman-teman atau
menjadi favorit masa-masa pacaran.
Saya
pun teringat dengan sanak saudara yang merantau dan tinggal jauhhh di
luar Yogyakarta. Mudik menjadi saat paling menyenangkan. Tidak hanya
berkumpul dengan keluarga, tetapi sekaligus saat untuk memuaskan lidah
yang menahan rindu akan makanan kesukaan yang hanya ditemukan di kampung
halaman. Sebutlah tempe koro, tempe benguk, gudeg, bakso langganan,
lumpia, jajan pasar adalah makanan yang wajib dijajal
saat pulang kampung. Belum afdol rasanya mudik tanpa mencicipi makanan
saat masih tinggal di Yogyakarta, di sebuah kampung nan sederhana.
Nostalgia pun diam-diam menyelusup di antara. Hmmm, lewat kuliner,
terentang kisah masa lalu yang panjang rupanya.
Masing-masing merangkum kisah lewat street food: aku, kamu, kita.
Referensi:
1.Isyana Atiningmas, Destinasi Street Food Dunia, http://www.femina.co.id/waktu.senggang/jalanjalan/destinasi.street.food.dunia/006/003/65, Download: 29 April 2013, Jam 13: 29
2.Arfiani, Asian Street Food, http://id.openrice.com/jakarta/restaurant/article/detail.htm?article_id=1481, Download: 29 April 2013, Jam 13: 39
3.Food Safety and Quality: Street Food, http://www.fao.org/food/food-safety-quality/a-z-index/street-foods0/en/, Download: 29 April 2013, Jam 14:
38
4.Food for
the Cities: Street Foods, http://www.fao.org/fcit/food-processing/street-foods/en/, Download: 29 April 2013, Jam 14:
41
5.Keamanan Makanan Jajanan: Upaya Perbaikan, http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Pengetahuan%20Populer/view&id=181&uniq=1478, Download: 29 April 2013, Jam 15:
07
6.Fitri Prawitasari, Tips Membeli
Jajanan di Pinggir Jalan, http://travel.kompas.com/read/2013/01/22/19193634/Tips.Membeli.Jajanan.di.Pinggir.Jalan, download 29 April 2013, Jam 15: 13
WIB
Dikutip dari :
http://aksaratri.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar