Minggu, 06 Juli 2014

Cikal Bakal Bakso Ceker Pak Etom



Sejarah Bakso Ceker Pak Etom tidak lepas dari peran Pak Etom dimana sejak 1985 silam sudah memulai usaha Bakso. Pak Etom adalah warga Kadupandak – Ciamis dan dia adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara. Warga Kadupandak memang banyak hijrah ke Bandung dan kebanyakan dari mereka berjualan bakso. Bahkan mereka membentuk komunitas dengan nama Warga Kadupandak yang lebih dikenal dengan singkatan “Warkad” (bagi yang penggemar bakso di Bandung, mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah Bakso Warkad, salah satunya Bakso Akung / Bakso Warkad). Ciri khas bakso warkad adalah mie yamien dengan kuah bakso dipisah, biasanya di kuah ada isi bakso dan pangsit.
Diawali dari keterbatasan ekonomi dalam keluarga dan pendidikan yang sampai kelas 4 Sekolah Dasar (Sekolah Rakyat / SR) Pak Etom mengikuti jejak ke-2 kakaknya hijrah ke Bandung untuk berjualan Bakso tepatnya tahun 1985. Pak Etom hijrah ke Bandung tidak sendirian, dia bersama warga Kadupandak lainnya juga hijrah ke Bandung untuk mengadu nasib. Dengan tekad dan keberanian serta keyakinan Pak etom memulai karir nya dengan gerobak bakso dan keliling dari kampung ke kampung. Namun perjalan nya tidak seperti yang ia impikan, dirasa tidak memungkinkan untuk dapat bertahan di kota Bandung (terlalu banyak saingan bakso sejenis), setelah 10 bulan ia pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Sebulan ia menganggur, namun di situlah ia mulai dibuka pikirannya, bahwa ia harus bangkit, harus bisa. Ia pun mulai berpikir bahwa kota besar tidak hanya Bandung, masih banyak kota-kota lain yang bisa dijadikan tujuan mengadu nasib. Akhirnya ia putuskan untuk mengadu nasih di kota Wali yaitu kota Cirebon.
Pada tahun 1986 Pak Etom mulai menginjakan kaki nya di kota Cirebon. Sebagai perintis bakso Warkad di kota Cirebon, ia pun memulai dengan gerobak dorong dan mangkal di keramaian daerah Gunung Sari dan Karanggetas (bagi yang asli Cirebon, mungkin sudah tidak asing lagi daerah-daerah tersebut). Perjalanan Pak Etom ke Cirebon pun diikuti oleh warga Kadupandak lainnya, sehingga di kota Cirebon juga terbentuk komunitas Warkad. Dengan kegigihan untuk melakukan inovasi, isi kuah bakso dan pangsit kemudian ia tambahkan ceker. Dengan ia tambahkan ceker, membuat bakso warkad milik Pak Etom sedikit berbeda denga bakso warkad lainnya.
Dengan keuletan dan kegigihan serta keyakinan, akhirnya bakso warkad milik pak etom tidak lagi di dorong, namun ia mangkal di satu tempat yaitu karanggeras. Dari inovasi menambahkan ceker, bakso milik pak Etom mulai dikenal dengan bakso ceker.
Pada tahun 1985 ia menikah dengan warga perbatasan Ciamis-Cilacap dan memiliki 3 orang putra. Dari usaha bakso ceker miliknya, Pak Etom menyekolahkan ke-3 anaknya. Pengalaman pahit nya karena keterbatasan pendidikan, membuat ia menyadari akan pentingnnya pendidikan.
Dari hasil jualan bakso ceker miliknya, ia mampu menyekolahkan anak pertamanya di salah satu perguruan tinggi yang terkenal (STIE YKPN & UGM) di Yogyakarta sampai sarjana dan pendidikan profesi. Walau dengan keterbatasan, ia pun yakin pendidikan sangatlah penting. Ia berani menyekolahkan putra sulungnya ke Perguruan Tinggi sampai 2 gelar. Di tambah anak pertama-nya memang mewasisi sifat-sifat Pak Etom yaitu ulet, rajin dan pantang menyerah sehingga mendapatkan beasiswa dan mendapatkan predikat IPK cume laude.